Selasa, 13 Maret 2012

makalah IPI

PERSPEKTIF ISLAM TENTANG GURU DA MURID
DAN POLA HUBUNGAN ANTARA GURU DAN MURID

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada salah satu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam






Disusun oleh:

M. SAHID EFENDI
NIM: 243052055

Jurusan

Tarbiyah/ PAI




Dosen Pengampu:

BASUKI AS’ADIE, M.Ag
NIP: 150 327277


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2007

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembahasan…………………….........................…………1
B. Pokok Pembahasan….........................................…………...……………...1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perspektif Islam Tentang Pendidikan dan Itelektualisme...........................2
B Perspektif Islam Tentang Pendidikan dan Kapitalisme...............................4
B Perspektif Islam Tentang Pendidikan dan Humanisme...............................6
B Korelasi antara Pendidikan, Intelektualisme, Kapitalisme
dan Humanisme .........................................................................................8
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan.................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................9
DAFTAR REFERENSI




BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang Pembahasan
Modernisasi pendidkan terutama sejak awal abad ke-29 di Indonesia benar-benar merupakan ancaman tujuan fitrah sebuah pendidikan yaitu menciptakan insan kamil yang mempunyai basic untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Namun karena era teknologi yang sudah sangat maju, mau tidak mau dunia pendidikan mendapatkan imbas dari era tersebut, salah satu diantaranya adalah lahirnya produk-produk pendidikan yang unggul dalam intelektual namun kering dalam spiritual, begitu pula sebaliknya tidak sedikit dunia pendidikan kita menghasilkan murid-murid yang mempunyai akhlak yang mulai namun mereka tidak tahu sama sekali bagaimana cara berekonomi, berpolitik dan sebagainya.
Ilmu Pendidikan Islam yang mempunyai basic keIslaman di harapkan mampu menjawab persoalan di atas , agar out-put didik selain mempunyai intelektual yang tinggi,skiil yang mumpuni juga bisa mencetak kader yang qur’ani dengan melihat dan mengkaji ulang bagaimana perspektif Islam tentang pendidikan, intelektualisme, kapitalisme dan humainsme Agar citi-cita sebagai insan kamil bisa terwujud

B Pokok Pembahasan
A) Perspektif Islam tentan Pendidikan dan Intelektualisme
B) Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Kapitalisme
C) Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Humanisme
D) Korelasi antara Pendidikan Intelektualisme, Kapitalisme dan Humanisme






BAB II
PEMBAHASAN

A Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Intelektualisme
a. Pengertian
Intelektual berasal dari bahasa Inggris intellect yang artinya pandai, pintar, cardas. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasrkan ilmu pengetahuan. Adapun dalam Kamus Filsafat kata intelektual diterjemahkan dengan sebuah kemampuan kognitif yaitu mengetahui (kecerdasan rasio atau akal) dan dilawankan dengan kemampuan menghendaki dan kemampuan merasa.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa intelektualisme adalah sebuah pandangan yang menganggap ilmu adalah sebagai satu-satunya jalan meraih harapan atau keinginan.
Berbicara tentang keintelektualan memang tidak bisa lepas dari dua istilah berikut ini, yakni: akal dan ilmu, karena antara keduanya ibarat dua sisi mata uang logam. .Akal adalah sumber ilmu, tempat terbit dan dasar ilmu, ilmu berjalan dari padanya seperti jalannya cahaya matahari dan penglihatan dari mata. Sedangkan ilmu dalam pandangan Al-Qur’an sendiri adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.

b. Urgensi ilmu dan pendidikan
Dalam Al-Qur’an maupun Sunnah banyak sekali di singgung mengenai ilmu maupun akal, diantaranya:
طَلَبُ الْعلم فريضة على كل مسلمن

“ Mencari ilmu itu wajib hukumnya atas tiap-tiap orang Islam” (HR. Ibnu Majah)
من ارادالدنيا فعليه بالعلم ومن اردالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم
“Barang siapa mencari kebahagiaan dunia maka dengan ilmu, barang siapa mencari kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu, dan barang siapa mencari keduanya, maka dengan ilmu juga”.
وماكان المؤمنون لينفرواكافة فلولانفرمن كل فرقة منهم طا ء فة ليتفقهوافىالدين
“Tidak sepatutnya bagi orang- orang yang mu’min itu pregi semuanya (ke medan perang) Mengapa tidak pergi dari tiap golongan di antara mereka untuk memperdalam pengetahuan agama mereka”. (QS: Al-Ankabut: 122)

. . . قل هل يستوىالذين يعلمون والدين لايعلمون إنما يتذكراولواالألباب
. . . Katakanlah adakah sama orang – orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS: Al-Zumar: 9)
Berangkat dari dalil-dalil di atas dapat kita simpulkan bahwasanya agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu, karena dengan adanya umat yang berilmu maka sudah pasti sebuah negara akan maju. Kebodohan suatu umat merupakan kejahatan yang terselubung, lebih dari itu hal ini juga sebagai bom waktu yang suatu saat bisa meledak.
c. Pembagian Ilmu
Dalam kitabnya “ Bayan Al-‘Ilm Alladzi Huwa Fardlu Kifayah” Al-Ghazali membagi ilmu menjadi dua:
1. Syar’iyyah : Segala ilmu yang bersal dari para nabi yang wajib ditekuni oleh setiap muslim

2. Ghairu Syar’iyyah : Segala ilmu yang berasal dari bukan selain
Nabi.
Di lihat dari sifatnya ilmu di bagi menjadi dua:
1. Ilmu yang terpuji (mahmudah)
2. Ilmu yang tercela (madzmumah)
B Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi yang mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. Menurut kamus filsafat, kapitalisme adalah menekankan pandangan bahwa dalam sistem ini kepentingan jalan sendiri agar perkembangannya berlangsung tanpa kendali pemerintah.
Dalam konteks yang lebih luas kapitalisme adalah sebuah paradigma tentang bagaimana cara kita untuk mempertahankan diri (untuk hidup) dalam pandangan ekonomi. Kita tidak boleh mengklaim bahwasanya kapitalisme merupakan racun bagi masyarakat kecil dan madu bagi kaum yang berduit. Mari harus kita lihat kapitalisme dalam perspektif Islam maupun Barat.


i) Kapitalisme dalam perspektif Barat
 Kapitalisme merupakan nadi perekonomian mereka secara individu tanpa ada unsur-unsur mengasihi sesama, bagi pemodal yang besar eksistensinya akan terjaga, begitu sebaliknya bagi yang bermodal kecil.
 Dalam berekonomi tidak dilandasi oleh ajaran agama, sehingga segala cara ditempuh untuk mencari keuntungan yang besar.
 Mengharapkan keuntungan sesaat.
 Menerima sistem perekonomian riba (pembungaan)
ii) Kapitalisme dalam perspektif Islam
 Kapitalisme tidak boleh lepas dari kepercayaan seorang hamba akan kehadiran Tuhannya. Hal ini akan mendorong orang untuk berbuat ekonomi secara halal dan terbebas dari riba.
 Islam tidak mau menerima kedaulatan yang tidak dapat diganggu gugat dari perilaku yang mementingkan diri sendiri dalam dunia ekonomi.
 Islam lebih mementingkan sifat lebih banyak memberi dari pada meminta, hal ini didasarkan pada firman Alloh QS: at-Taubah: 105 “Beramallah tuhan akan melihat tingkah laku kalian”
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
(1) Pendidikan kaitannya dalam kapitalisme adalah bahwa dengan pendidikan yang lebih unggul maka diharapkan lebih mampu dan mudah dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
(2) Pendidikan sangat menjunjung tinggi sebuah hukum casualitas yakni: orang yang pandai seharusnya lebih mudah dalam mencari rizki (nafkah)
Adapu dalil-dalil yang memerintahkan kita mencari rizki terkait dengan pembahasan kapitalisme di antaranya sebagai berikut:
 Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya.(QS: al-Isra: 66)
 Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian karunia-Nya. (QS: ar-Ruum: 23)
 Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (QS: an-Naba’: 11)
 Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebarlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (QS: al-Jum;ah: 10)
C Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Humanisme
Humanisme dalam bahasa Inggris berasal dari kata human yang artinya manusia. Dalam kamus bahasa Indonesia kata human berarti: bersifat manusia, yakni, manusia yang dibedakan dari binatang. Humanis : orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas-asas perikemanusian. Humanisme : Menganggap individu sebagai nilai yang paling tinggi, mengabdi pada perkembangan kreatif dan perkembangan moral individu secara rasional. Humanisme juga bisa diartikan sebagai : aliran yang menyatakan bahwa tujuan pokok yang dimiliki adalah untuk keselamatan dan kesempurnaan manusia, yang memandang manusia sebagai makhluk mulia dan prinsip-prinsip yang disarankan didasarkan atas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bisa membentuk manusia.
Al-Qur’an diturunkan ke bumi adalah sebagai petunjuk manusia secara keseluruhan dan isi al-Qur’an sendiri sangat universal. Al-Qur’an memiliki cita-cita tersendiri mengenai kehidupan manusia. Cita-cita Al-Qur’an ini bertumpu pada semangat dasarnya yang tidak bisa ditawar-tawar lagi semangat itu ialah semangat moral, yang mana ia menekankan monoteisme dan keadilan social yang pada intinya bermuara pada tegaknya orde sosial yang berkeadilan, berperikemanusiaa ( humanis ) dan berketuhanan yang esa ( religius-monoteis ).
Prof. H. A. Malik Fadjar dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa pandangan filosofi klasik yang menjadi wacana public para ahli prndidikan adalah bahwa pendidkan merupakan proses humanisasi atau pemanusiaan manusia. Apa yang disampaikan oleh Bapak Malik Fadjar sejalan dengan tujuan fitrah dari sebuah pendidikan yaitu memanusiakan manusia. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimanakah cara kita memanusiakan manusia ? Jawabannya sudah ada 1400 tahun yang lalu, di mana saat itu Rosulullah diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak bangsa Arab pada khususnya dan manusia di dunia umumnya. Sehingga jelas sudah apa yang harus kita lakukan dalam rangka memanusiakan manusia, yaitu dengan memperbaiki akhlak
Hal ini seperti yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai berikut:
وإنك لعلى خلق عظيم
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang luhur” (QS: al-Qalam:4)
إنما بعثت لأ تمم مكارم الأخلاق
“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Tirmidzi)

Seorang filosof Prancis Rene Descartes ( 1596-4650 ) yang telah membawa Barat untuk tidak lagi sibuk mengajukan pertanyaan “why” , tapi cukup menumpuk perhatian pada masalah “how” masalah teknis tentang “bagaimana”.
Akibat pemikiran yang demikian muncul di dunia barat bagaimana membuat bom nuklir, bagaimana menindas rakyat Irak bagaimana melukai muslim Bosnia tanpa pernah mereka berfikir “mengapa” itu semua dilakukan. Kemajuan teknologi yang telah pesat, ternyata tidak diimbangi oleh kemajuan dan pemikiran bagaimana cara mencintai sesama manusia ( humanism ) inilah corak imperialisme dengan adanya kapitalisme yang merupakan corak kehidupan diakhir abad-20. Di sisi lain amat disayangkan sikap dunia Islam yang belum menyadari benar-benar tentang fenomaena ini. Berdasarkan pemikiran Renaisans, moral memang telah dicampakkan sama sekali dari hampir seluruh kawasan kegiatan manusia : politik, ekonomi, social, budaya bahkan agama. Dunia Islam tampaknya juga terbebas dari kecenderungan abad yang tidak bermoral ini. Jati diri muslim berada dalan tanda Tanya besar ?
Akhirnya yang digugat Islam bukannya perkembangan IPTEK, tapi peradaban yang kehilangan orientasi. Dalam hal ini pendidikan harus diarahkan kepada tujuan fitrah pendidikan yakni memanusiakan manusia.

D Korelasi antara Pendidikan Intelektualisme, Kapitalisme dan Humanisme
Dikatakan oleh Dr. Zakiya Darajat bahwa tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan , yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya sebagai insan kamil dengan pola taqwa yakni manusia yang dapat berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat. Hal ini merupakan abstraksasi dari tiga buah uraian di atas yakni pendidikan intelektual, kapitalis dan humanis. Yang mana apabila dari ketiga elemen di atas dipaksa untuk berdiri sediri, maka bukan sebuah kesempurnaan yang dicapai melainkan kepincangan. Sebagai contoh: Apabila ada seseorang yang mempunyai intelektual bagus namun tidak mempunyai humanisme terhadap sesama, maka tidak mustahil dalam mencukupi kebutuhan kapitalisnya (berkaitan dengan pemenuhan ekonomi) akan menggunakan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh agama, seperti menipu, demikian juga sebaliknya. Maka sebagai solusi yang tepat dari masalah di atas adalah dengan cara mengkonvergensikan ketiga unsur tersebut menjadi sebuah ikatan /simpul yang kuat. Atau dengan meminjam istilah psikologi ketiga unsur tersebut dapat kita sebut : Intelecctual Quotient (IQ), Kapitalis Quotien (KQ) dan Spiritual Quotien (SQ)












BAB III
PENUTUP

A KESIMPULAN
a) Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasrkan ilmu pengetahuan
b) Kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi yang mementingkan kepentingan pribadi atau golongan
c) Humanisme : Menganggap individu sebagai nilai yang paling tinggi, mengabdi pada perkembangan kreatif dan perkembangan moral individu secara rasional.
d) Korelasi antara Intelektualisme, Kapitalisme dan Humanisme adalah bahwa hubungan satu sama lain sangat erat dan tidak dapat direalisasikan secara terpisah artinya ketiga hal tersebut harus dimiliki oleh setiap manusia
B SARAN
Sebagai seorang peserta didik maupun calon pendidik hendaknya kita memperhatikan ketiga aspek di atas (Itelektualisme. Kapitalisme dan Humanisme) baik pada diri kita maupun kepada calon peserta didik nantinya.


DAFTAR REFERENSI



Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Bagus, Loren. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Al-Ghazali, terjemah. Moh. Zuhri. ‘Ihya’Ulumiddin: Menghidupakan Ilmu-ilmu Agama Aslam. Semarang: Asy-Syifa’, 1990.
Munir, Ahmad. Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Ponorogo: Stain Press, 2007.
Nagwi, Syed Nawab Haider, terjemah M. Syaiful Anam. Mengagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Syari’ati, Ali. Terjemah. Afif Muhammad. Humanisme antara Islam dan Madzab Barat. Bandung: Pustaka Hidayat, 1996.
Bachriar, Asep Purmana, The Power of Relegion: Agama Untuk Kemanusiaian dan Peradaban. Bantul: Pondok Edukasi, 2005.
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung Pustaka Setia, 1997.

ptk