Minggu, 18 November 2012


diposkan oleh:aldila meiliana pitri
NPM :11.1.01.10.0011/PGSD 2j

Internet dan Pendidikan
Saat ini kita berada pada zaman dimana kita harus bergerak secepat kilat jika kita ingin terus berada pada arus zaman. Segala sesuatunya berubah setiap kali matahari terbit dan tenggelam. Hari esok datang dengan berjuta perkembangan dan hal-hal baru. Begitu halnya teknologi. Teknologi diadaptasikan pada segala aspek kehidupan, membuat hidup jadi lebih mudah dan menarik. Teknologi pun sedemikian rupa diaplikasikan untuk dunia pendidikan. Bagi yang berpendapat bahwa pendidikan online akan berkembang dikemudian hari, mungkin Anda telah ketinggalan kereta, pendidikan online, telah berkembang sedemikian rupa disaat sekarang ini.
Pendidikan Online, Disaat Sekarang dan Disaat Mendatang
Belakangan, banyak sekolah, universitas dan institusi pendidikan lainnya yang menawarkan pendidikan jarak jauh via internet. Bahkan, beberapa dari mereka hanya menawarkan pendidikan online, dan menjadi institusi virtual. Kitapun sekarang bisa menemukan dengan mudah berbagai situs pendukung pendidikan online. Ada yang menawarkan meeting place, video conference, bahkan sebuah kelas virtual, lengkap dengan video dan audio. Contohnya WiZiQ, dimana siapapun bisa mengajar dan belajar apapun, hanya dengan sign up, atur jadwal sesi, pilih sesi yang kita inginkan, dan gunakan kelas virtualnya. Jadi jelas, pendidikan online bukan merupakan masa depan lagi, tapi merupakan masa kini.
Kenapa Kelas Virtual Online?
Integrasi pendidikan online memberikan manfaat lebih dibanding kelas tradisional. Melalui kelas virtual, kita tetap bisa berhubungan langsung dengan pengajar, berdiskusi, memberikan komentar, penjelasan atau semua jenis aktivitas lainnya yang biasa dilakukan di kelas biasa. Namun, keunggulannya, semua hal ini sekarang bisa dilakukan kapanpun dari manapun di seluruh dunia, hanya dengan koneksi internet. Waktu pun tidak jadi masalah lagi, seseorang bisa mengambil sebuah kelas online dengan mencocokkan jadwalnya sendiri, sesuai dengan waktu luangnya, karena kelas virtual selalu disitu, aktif 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Anda bisa mengikuti kelas tentang bisnis ekonomi dimalam hari sebelum Anda tidur, atau belajar bahasa Inggris di hari minggu pagi. Inilah kelebihan lain kelas virtual dibanding kelas biasa.
Teknologi Untuk Pendidikan Virtual
Pada dasarnya, mudah untuk dimengerti kenapa belajar online lebih nyaman dan telah menjadi pilihan. Sebelumnya, kita harus berangkat ke kampus atau sekolah, membuat catatan dan kemudian belajar lagi dirumah. Selanjutnya berkembang, kita belajar dengan powerpoint presentation, penggunaan komputer lebih lanjut, dan pemanfaatan internet untuk sumber informasi. Idealnya, kenapa tidak menggabungkan kedua hal ini agar semua bisa lebih mudah? Inilah yang ditawarkan oleh pendidikan virtual, dan hal ini juga yang menjadi alasan kenapa belajar online menjadi populer belakangan ini.
Teknologi pun terus maju pesat. Setiap saat selalu berevolusi dengan tujuan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan lebih bagi para pengguna pendidikan online. Sebagai contoh, sekarang seorang murid bisa merekam perkuliahan online-nya untuk diakses dikemudian hari, powerpoint presentation bisa diubah ke podcasts dan di transfer ke iPod, dan kemudahan kemudahan lainnya.
Pendidikan di Dunia Cyber Solusi Beberapa Masalah
Dunia pendidikan online telah membuat proses belajar menjadi proses yang lebih menarik, kaya akan peluang, keleluasaan dan kenyamanan. Biayapun bukan menjadi masalah lagi dengan begitu banyaknya platform, organisasi dan individual yang peduli akan hal ini dengan memeberikan tool dan layanan gratis. Biaya perjalanan pun bukan merupakan sebuah isu lagi, karena yang dibutuhkan hanyalah computer dengan koneksi internet.
Bisnis eLearning ditahun 2010
Sekarang, mari kita lihat hal ini dari segi bisnis. Disadur dari sebuah artikel di thejournal.com, San Jose, peneliti pasar di Global Industry Analysts, sebuah organisasi yang berbasis di California, AS, menyebutkan bahwa rancangan pasar global eLearning akan bernilai $ 52.6 miliar pada tahun 2010. Serta dalam eLearning: A Global Strategic Business Report, sebuah laporan yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut, ditahun 2007 saja, industry pendidikan online di AS sudah bernilai $ 17.5 juta. Dalam laporan itu juga diperkirakan bahwa pengguna eLearning di Asia diharapkan akan mencapai pertumbuhan tahunan dari 25 persen menjadi 30 persen ditahun 2010, dan ditargetkan seluruh dunia akan mencapai antara 15 persen dan 30 persen. Dilihat dari laporan ini, sudah dapat diperkirakan bagaimana berkembangnya nanti pendidikan online di dunia dalam beberapa tahun mendatang ini.
Antara Pelajar dan Pengajar
Namun, terlepas dari semua peluang dan perkembangan ini, semua akan berbalik lagi pada masyarakatnya. Dibutuhkan keinginan dan ketertarikan pelajar untuk mulai memanfaatkan teknologi untuk belajar online, dan kemampuan para pengajar untuk beradapatasi dengan perkembangan teknologi, sehingganya pendidikan online akan terus berkembang dan menjadi lebih baik.
Dimana Posisi Indonesia?
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi, perkembangan internet di Indonesia sudah cukup menggembirakan. Jika kita bandingkan pengguna internet di tahun 2000 dengan tahun 2008, sudah sangat jauh berbeda. Hal ini semestinya bisa menjadi peluang untuk lebih mempopulerkan pendidikan online. Mari kita ambil perbandingan dengan negara lain, India. Belakangan India telah menjadi salah satu negara yang diperhitungkan di Asia. Kemajuan dibidang teknologi sangatlah pesat di negara ini, begitupun dengan perkembangan pendidikan online-nya. Mari kita ambil contoh lagi dengan WiZiQ, salah satu platform penyedia kelas virtual gratis. India adalah pengguna WiZiQ terbanyak di dunia, diikuti oleh AS. Indonesia? Berada pada angka 27 (dari google analytics, per 21 November 2008). Ini baru dilihat dari satu penyedia kelas online. Namun, diikuti dengan kemauan dan kepedulian semua pihak, angka ini tentunya akan bisa manjadi lebih baik, dan pendidikan online di Indonesia akan menjadi lebih popular dan terus berkembang.
Di tulis oleh Regan Guru Alfajri Alwis ( ALUMNUS Universitas Andalas, Padang )

Selasa, 13 Maret 2012

makalah IPI

PERSPEKTIF ISLAM TENTANG GURU DA MURID
DAN POLA HUBUNGAN ANTARA GURU DAN MURID

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada salah satu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam






Disusun oleh:

M. SAHID EFENDI
NIM: 243052055

Jurusan

Tarbiyah/ PAI




Dosen Pengampu:

BASUKI AS’ADIE, M.Ag
NIP: 150 327277


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2007

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembahasan…………………….........................…………1
B. Pokok Pembahasan….........................................…………...……………...1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perspektif Islam Tentang Pendidikan dan Itelektualisme...........................2
B Perspektif Islam Tentang Pendidikan dan Kapitalisme...............................4
B Perspektif Islam Tentang Pendidikan dan Humanisme...............................6
B Korelasi antara Pendidikan, Intelektualisme, Kapitalisme
dan Humanisme .........................................................................................8
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan.................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................9
DAFTAR REFERENSI




BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang Pembahasan
Modernisasi pendidkan terutama sejak awal abad ke-29 di Indonesia benar-benar merupakan ancaman tujuan fitrah sebuah pendidikan yaitu menciptakan insan kamil yang mempunyai basic untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Namun karena era teknologi yang sudah sangat maju, mau tidak mau dunia pendidikan mendapatkan imbas dari era tersebut, salah satu diantaranya adalah lahirnya produk-produk pendidikan yang unggul dalam intelektual namun kering dalam spiritual, begitu pula sebaliknya tidak sedikit dunia pendidikan kita menghasilkan murid-murid yang mempunyai akhlak yang mulai namun mereka tidak tahu sama sekali bagaimana cara berekonomi, berpolitik dan sebagainya.
Ilmu Pendidikan Islam yang mempunyai basic keIslaman di harapkan mampu menjawab persoalan di atas , agar out-put didik selain mempunyai intelektual yang tinggi,skiil yang mumpuni juga bisa mencetak kader yang qur’ani dengan melihat dan mengkaji ulang bagaimana perspektif Islam tentang pendidikan, intelektualisme, kapitalisme dan humainsme Agar citi-cita sebagai insan kamil bisa terwujud

B Pokok Pembahasan
A) Perspektif Islam tentan Pendidikan dan Intelektualisme
B) Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Kapitalisme
C) Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Humanisme
D) Korelasi antara Pendidikan Intelektualisme, Kapitalisme dan Humanisme






BAB II
PEMBAHASAN

A Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Intelektualisme
a. Pengertian
Intelektual berasal dari bahasa Inggris intellect yang artinya pandai, pintar, cardas. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasrkan ilmu pengetahuan. Adapun dalam Kamus Filsafat kata intelektual diterjemahkan dengan sebuah kemampuan kognitif yaitu mengetahui (kecerdasan rasio atau akal) dan dilawankan dengan kemampuan menghendaki dan kemampuan merasa.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa intelektualisme adalah sebuah pandangan yang menganggap ilmu adalah sebagai satu-satunya jalan meraih harapan atau keinginan.
Berbicara tentang keintelektualan memang tidak bisa lepas dari dua istilah berikut ini, yakni: akal dan ilmu, karena antara keduanya ibarat dua sisi mata uang logam. .Akal adalah sumber ilmu, tempat terbit dan dasar ilmu, ilmu berjalan dari padanya seperti jalannya cahaya matahari dan penglihatan dari mata. Sedangkan ilmu dalam pandangan Al-Qur’an sendiri adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.

b. Urgensi ilmu dan pendidikan
Dalam Al-Qur’an maupun Sunnah banyak sekali di singgung mengenai ilmu maupun akal, diantaranya:
طَلَبُ الْعلم فريضة على كل مسلمن

“ Mencari ilmu itu wajib hukumnya atas tiap-tiap orang Islam” (HR. Ibnu Majah)
من ارادالدنيا فعليه بالعلم ومن اردالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم
“Barang siapa mencari kebahagiaan dunia maka dengan ilmu, barang siapa mencari kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu, dan barang siapa mencari keduanya, maka dengan ilmu juga”.
وماكان المؤمنون لينفرواكافة فلولانفرمن كل فرقة منهم طا ء فة ليتفقهوافىالدين
“Tidak sepatutnya bagi orang- orang yang mu’min itu pregi semuanya (ke medan perang) Mengapa tidak pergi dari tiap golongan di antara mereka untuk memperdalam pengetahuan agama mereka”. (QS: Al-Ankabut: 122)

. . . قل هل يستوىالذين يعلمون والدين لايعلمون إنما يتذكراولواالألباب
. . . Katakanlah adakah sama orang – orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS: Al-Zumar: 9)
Berangkat dari dalil-dalil di atas dapat kita simpulkan bahwasanya agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu, karena dengan adanya umat yang berilmu maka sudah pasti sebuah negara akan maju. Kebodohan suatu umat merupakan kejahatan yang terselubung, lebih dari itu hal ini juga sebagai bom waktu yang suatu saat bisa meledak.
c. Pembagian Ilmu
Dalam kitabnya “ Bayan Al-‘Ilm Alladzi Huwa Fardlu Kifayah” Al-Ghazali membagi ilmu menjadi dua:
1. Syar’iyyah : Segala ilmu yang bersal dari para nabi yang wajib ditekuni oleh setiap muslim

2. Ghairu Syar’iyyah : Segala ilmu yang berasal dari bukan selain
Nabi.
Di lihat dari sifatnya ilmu di bagi menjadi dua:
1. Ilmu yang terpuji (mahmudah)
2. Ilmu yang tercela (madzmumah)
B Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi yang mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. Menurut kamus filsafat, kapitalisme adalah menekankan pandangan bahwa dalam sistem ini kepentingan jalan sendiri agar perkembangannya berlangsung tanpa kendali pemerintah.
Dalam konteks yang lebih luas kapitalisme adalah sebuah paradigma tentang bagaimana cara kita untuk mempertahankan diri (untuk hidup) dalam pandangan ekonomi. Kita tidak boleh mengklaim bahwasanya kapitalisme merupakan racun bagi masyarakat kecil dan madu bagi kaum yang berduit. Mari harus kita lihat kapitalisme dalam perspektif Islam maupun Barat.


i) Kapitalisme dalam perspektif Barat
 Kapitalisme merupakan nadi perekonomian mereka secara individu tanpa ada unsur-unsur mengasihi sesama, bagi pemodal yang besar eksistensinya akan terjaga, begitu sebaliknya bagi yang bermodal kecil.
 Dalam berekonomi tidak dilandasi oleh ajaran agama, sehingga segala cara ditempuh untuk mencari keuntungan yang besar.
 Mengharapkan keuntungan sesaat.
 Menerima sistem perekonomian riba (pembungaan)
ii) Kapitalisme dalam perspektif Islam
 Kapitalisme tidak boleh lepas dari kepercayaan seorang hamba akan kehadiran Tuhannya. Hal ini akan mendorong orang untuk berbuat ekonomi secara halal dan terbebas dari riba.
 Islam tidak mau menerima kedaulatan yang tidak dapat diganggu gugat dari perilaku yang mementingkan diri sendiri dalam dunia ekonomi.
 Islam lebih mementingkan sifat lebih banyak memberi dari pada meminta, hal ini didasarkan pada firman Alloh QS: at-Taubah: 105 “Beramallah tuhan akan melihat tingkah laku kalian”
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
(1) Pendidikan kaitannya dalam kapitalisme adalah bahwa dengan pendidikan yang lebih unggul maka diharapkan lebih mampu dan mudah dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
(2) Pendidikan sangat menjunjung tinggi sebuah hukum casualitas yakni: orang yang pandai seharusnya lebih mudah dalam mencari rizki (nafkah)
Adapu dalil-dalil yang memerintahkan kita mencari rizki terkait dengan pembahasan kapitalisme di antaranya sebagai berikut:
 Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya.(QS: al-Isra: 66)
 Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian karunia-Nya. (QS: ar-Ruum: 23)
 Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (QS: an-Naba’: 11)
 Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebarlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (QS: al-Jum;ah: 10)
C Perspektif Islam tentang Pendidikan dan Humanisme
Humanisme dalam bahasa Inggris berasal dari kata human yang artinya manusia. Dalam kamus bahasa Indonesia kata human berarti: bersifat manusia, yakni, manusia yang dibedakan dari binatang. Humanis : orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas-asas perikemanusian. Humanisme : Menganggap individu sebagai nilai yang paling tinggi, mengabdi pada perkembangan kreatif dan perkembangan moral individu secara rasional. Humanisme juga bisa diartikan sebagai : aliran yang menyatakan bahwa tujuan pokok yang dimiliki adalah untuk keselamatan dan kesempurnaan manusia, yang memandang manusia sebagai makhluk mulia dan prinsip-prinsip yang disarankan didasarkan atas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bisa membentuk manusia.
Al-Qur’an diturunkan ke bumi adalah sebagai petunjuk manusia secara keseluruhan dan isi al-Qur’an sendiri sangat universal. Al-Qur’an memiliki cita-cita tersendiri mengenai kehidupan manusia. Cita-cita Al-Qur’an ini bertumpu pada semangat dasarnya yang tidak bisa ditawar-tawar lagi semangat itu ialah semangat moral, yang mana ia menekankan monoteisme dan keadilan social yang pada intinya bermuara pada tegaknya orde sosial yang berkeadilan, berperikemanusiaa ( humanis ) dan berketuhanan yang esa ( religius-monoteis ).
Prof. H. A. Malik Fadjar dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa pandangan filosofi klasik yang menjadi wacana public para ahli prndidikan adalah bahwa pendidkan merupakan proses humanisasi atau pemanusiaan manusia. Apa yang disampaikan oleh Bapak Malik Fadjar sejalan dengan tujuan fitrah dari sebuah pendidikan yaitu memanusiakan manusia. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimanakah cara kita memanusiakan manusia ? Jawabannya sudah ada 1400 tahun yang lalu, di mana saat itu Rosulullah diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak bangsa Arab pada khususnya dan manusia di dunia umumnya. Sehingga jelas sudah apa yang harus kita lakukan dalam rangka memanusiakan manusia, yaitu dengan memperbaiki akhlak
Hal ini seperti yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai berikut:
وإنك لعلى خلق عظيم
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang luhur” (QS: al-Qalam:4)
إنما بعثت لأ تمم مكارم الأخلاق
“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Tirmidzi)

Seorang filosof Prancis Rene Descartes ( 1596-4650 ) yang telah membawa Barat untuk tidak lagi sibuk mengajukan pertanyaan “why” , tapi cukup menumpuk perhatian pada masalah “how” masalah teknis tentang “bagaimana”.
Akibat pemikiran yang demikian muncul di dunia barat bagaimana membuat bom nuklir, bagaimana menindas rakyat Irak bagaimana melukai muslim Bosnia tanpa pernah mereka berfikir “mengapa” itu semua dilakukan. Kemajuan teknologi yang telah pesat, ternyata tidak diimbangi oleh kemajuan dan pemikiran bagaimana cara mencintai sesama manusia ( humanism ) inilah corak imperialisme dengan adanya kapitalisme yang merupakan corak kehidupan diakhir abad-20. Di sisi lain amat disayangkan sikap dunia Islam yang belum menyadari benar-benar tentang fenomaena ini. Berdasarkan pemikiran Renaisans, moral memang telah dicampakkan sama sekali dari hampir seluruh kawasan kegiatan manusia : politik, ekonomi, social, budaya bahkan agama. Dunia Islam tampaknya juga terbebas dari kecenderungan abad yang tidak bermoral ini. Jati diri muslim berada dalan tanda Tanya besar ?
Akhirnya yang digugat Islam bukannya perkembangan IPTEK, tapi peradaban yang kehilangan orientasi. Dalam hal ini pendidikan harus diarahkan kepada tujuan fitrah pendidikan yakni memanusiakan manusia.

D Korelasi antara Pendidikan Intelektualisme, Kapitalisme dan Humanisme
Dikatakan oleh Dr. Zakiya Darajat bahwa tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan , yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya sebagai insan kamil dengan pola taqwa yakni manusia yang dapat berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat. Hal ini merupakan abstraksasi dari tiga buah uraian di atas yakni pendidikan intelektual, kapitalis dan humanis. Yang mana apabila dari ketiga elemen di atas dipaksa untuk berdiri sediri, maka bukan sebuah kesempurnaan yang dicapai melainkan kepincangan. Sebagai contoh: Apabila ada seseorang yang mempunyai intelektual bagus namun tidak mempunyai humanisme terhadap sesama, maka tidak mustahil dalam mencukupi kebutuhan kapitalisnya (berkaitan dengan pemenuhan ekonomi) akan menggunakan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh agama, seperti menipu, demikian juga sebaliknya. Maka sebagai solusi yang tepat dari masalah di atas adalah dengan cara mengkonvergensikan ketiga unsur tersebut menjadi sebuah ikatan /simpul yang kuat. Atau dengan meminjam istilah psikologi ketiga unsur tersebut dapat kita sebut : Intelecctual Quotient (IQ), Kapitalis Quotien (KQ) dan Spiritual Quotien (SQ)












BAB III
PENUTUP

A KESIMPULAN
a) Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasrkan ilmu pengetahuan
b) Kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi yang mementingkan kepentingan pribadi atau golongan
c) Humanisme : Menganggap individu sebagai nilai yang paling tinggi, mengabdi pada perkembangan kreatif dan perkembangan moral individu secara rasional.
d) Korelasi antara Intelektualisme, Kapitalisme dan Humanisme adalah bahwa hubungan satu sama lain sangat erat dan tidak dapat direalisasikan secara terpisah artinya ketiga hal tersebut harus dimiliki oleh setiap manusia
B SARAN
Sebagai seorang peserta didik maupun calon pendidik hendaknya kita memperhatikan ketiga aspek di atas (Itelektualisme. Kapitalisme dan Humanisme) baik pada diri kita maupun kepada calon peserta didik nantinya.


DAFTAR REFERENSI



Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Bagus, Loren. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Al-Ghazali, terjemah. Moh. Zuhri. ‘Ihya’Ulumiddin: Menghidupakan Ilmu-ilmu Agama Aslam. Semarang: Asy-Syifa’, 1990.
Munir, Ahmad. Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Ponorogo: Stain Press, 2007.
Nagwi, Syed Nawab Haider, terjemah M. Syaiful Anam. Mengagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Syari’ati, Ali. Terjemah. Afif Muhammad. Humanisme antara Islam dan Madzab Barat. Bandung: Pustaka Hidayat, 1996.
Bachriar, Asep Purmana, The Power of Relegion: Agama Untuk Kemanusiaian dan Peradaban. Bantul: Pondok Edukasi, 2005.
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung Pustaka Setia, 1997.

ptk